Semua berawal dari dendam yang sangat mendalam….
***
Rabu yang hectic-sekitar 3 tahun yang lalu… Dari pertama
berangkat sekolah, Alvin
sudah bad mood. Entah karena tidurnya kurang, tidak cocok sama menu breakfast
pagi itu, atau karena hal lain, yang jelas sepanjang pagi sudah beberapa kali
menunjukkan “kelincahannya”
Sampai di sekolah –sebuah playgroup yang tergolong
prestisius di daerah kami- “kelincahan” dia terus berlanjut. Sepanjang jam
sekolah dia selalu ngikut sama si M, teman perempuannya. Pingin main sama-sama, tapi kayaknya M tidak mau didekati Alvin.
Dia terus memaksa bahkan ketika pelajaran berakhir dan waktunya bermain dalam
kelas, Alvin
terus saja ngikut M, berusaha merebut mainannya- dan aku tahu pasti itu dalam
rangka menarik perhatian. Kulihat dari luar jendela, di dalam kelas para
gurunya sibuk mencegah Alvin.
Puncaknya ketika tiba-tiba saja Alvin yang sedang berteriak dibawa keluar
gurunya, aku hampiri dan kepseknya juga
tergopoh-gopoh datang.
“mama, tadi Alvin
menjahili si M terus. Sudah saya cegah,
tapi tetap jahil.sampai lama-lama berebut mainan sama si M, dan nggak tahu
gimana kejadiannya tiba-tiba saja jidat si M kena dinding sampai benjol..”
“nggak ditanya ya, kenapa dia menjahili M?” tanyaku
“saya cegah mama, karena sikapnya sudah membahayakan
temannya. Ini saja saya bawa keluar takutnya teman-teman lainnya jadi korban
juga..”
“begini saja mama, untuk sementara biar Alvin dirumah dulu, sekitar seminggu lah,
biar tenang. Nanti biar dia pindah ke kelas lain…” kepseknya mencoba menengahi
What!!! Anakku di SKORS!!!
Tiba-tiba saja aku merasa limbung, eneg banget melihat
wajah-wajah cantik yang ada dihadapanku. Mereka menyebut dirinya pendidik, tapi
tidak bisa memperlakukan anakku secara manusiawi. Saat itu juga aku membuang
jauh-jauh angan-anganku untuk menyekolahkan Alvin lebih lama lagi di tempat ini, meskipun
tempat ini ada TK dan SD nya. Buat apa sekolah di tempat yang tidak bisa
memanusiakan anakku??
Dan sejak saat itu juga aku bertekad untuk bisa mendidik
anakku sendiri secara manusiawi- menghargai segala kelebihan dan kekurangannya,
membantunya menemukan potensi,mengawal perjalanan hidupnya sampai kelak dia
bisa menepuk dada dan berkata here I am...- tanpa aku tahu harus dengan cara apa,
pendekatan seperti apa dsb dst, karena aku bukan ahli pendidikan dan bukan juga
ahli psikologi..
Secercah cahaya itu muncul ketika ada tetangga yang
memberitahu bahwa di daerah kami ada sebuah TK yang menyeleksi siswanya yang
akan masuk dengan metode MIR (Multiple Intelligences Research). Waktu itu dia bilang
“semacam psikotes mbak, tapi sederhana kok. Kemudian
kelas-kelasnya digolongkan pada sifat-sifat anak ..(maksudnya kecenderungan
kecerdasan dan gaya
belajarnya)”
Dari situ aku mengenal Multiple Intelligences (MI), mulai
rajin googling, baca-baca bukunya, dan itu semua seakan memberi energi yang
maha dahsyat ke aku dalam rangka mengawal “perjalanan” Alvin. Aku harus bisa
menerapkan MI untuk mendidik Alvin,
aku harus bisa mendobrak paradigma siapapun para ortu di muka bumi ini tentang
label anak nakal dan anak bodoh. Aku harus bisa menjadikan MI ini seumpama
virus yang cepat menyebar, menginfeksi semua tubuh ortu di muka bumi, agar
merasuk kedalam jiwa dan raga mereka. terutama yang selalu menganggap Alvin anak nakal, liar, dan trouble maker…
Sekarang obsesi tersebut mendapat jalannya. Sebuah aktivitas
baru yang sangat menyenangkan. Bergabung dengan orang-orang yang satu visi dan
misi, bahu membahu dalam mewujudkan satu tekad: mendirikan rumah kedua yang
sangat hommy, tempat anak-anak dikokohkan pondasi akidahnya, dibangun
karakternya, dan membantu mereka menggali potensi agar menemukan kondisi akhir
terbaiknya, dan rumah itu adalah Sekolahnya
Manusia…
Finally, kutemukan juga apa yang aku cari. Biarlah aku
menjadi udara yang akan menerbangkan virus MI, juga menjadi air yang akan
mengalirkan virus MI kemanapun, ke siapapun di muka bumi ini.Aku bukan ahli
pendidikan, bukan juga ahli psikologi, tidak pernah mengajar disekolah apalagi
bersertifikasi. Tapi aku punya insting seorang ibu yang ingin mendidik
anakku-dan anak-anak lain- dengan cinta, karena mereka adalah masterpiece yang
sempurna hasil karya tangan Tuhan yang akan menghuni rumah masa depan…
***
Dendam itu masih ada, semoga mereka yang pernah kasih skors
sama Alvin
diberi panjang umur. Hingga kelak Alvin menemukan
kondisi akhir terbaiknya, akan aku antar Alvin
menghadap beliau-beliau dan berkata : anakku yang NAKAL atau kamu yang STUPID???