Monday, August 6, 2012

KEPITING SAUS PADANG




Bahan :
  • Kepiting 3 ekor (kira kira 1 kg)
  • 4 sendok makan Saus tiram
  • 5 sendok makan saus tomat
  • 3 sendok makan saus sambal
  • 2 sendok makan cabe merah giling
  • 150ml air
  • 1 sendok teh merica bubuk
  • Garam, gula pasir secukupnya


Bumbu Halus :
  • 5 buah bawang merah, tumis sebentar
  • 3 siung bawang putih, tumis sebentar
  • 5 buah cabe rawit, tumis sebentar
  • 2 cm jahe
  • Semua bumbu tadi dihaluskan

Cara membuat :
  • Bersihkan kepiting, kukus sebentar
  • Tumis bumbu halus sampai harum
  • Tambahkan saus tiram, saus tomat, saus sambal, cabe merah giling dan sisa bahan lain.
  • Masukkan kepiting, masak hingga kepitig matang dan kuah mengental.

Thursday, June 14, 2012

Mengintip Potret Sekolah Masa Depan




Saya ingin mengajak para pembaca untuk sedikit mengintip Konsep Sekolah Masa Depan. Sekolah yang berbasis pada pemikiran Multiple Intelligence dan Holistic Learning

Dalam konsep ini, sekolah tidak lagi dibagi ke dalam kelas-kelas atau tingkatan yang sedemikian banyak. Sekolah masa depan tidak menekankan pada model pendidikan berdasarkan level-level, melainkan pada pengembangan bakat unggul yang dimiliki masing-masing anak.
Sekolah masa depan dirancang berdasarkan proses penggalian potensi dan pengembangan kemampuan unggul dari masing-masing siswanya. Sekolah Masa Depan menetapkan priode pembelajaran ke dalam tiga priode utama, yang mana masing-masing priode didasarkan pada kemampuan waktu tempuh masing-masing individu.

Priode pertama adalah Priode Identifikasi Potensi dan Perencanaan Sukses, yakni sebuah periode untuk menemukan potensi unggul masing-masing anak yang kemudian dituangkan ke dalam perencanaan susksesnya. Priode ini dimulai pada rentang usia 5 hingga 12 tahun. Semakin dini kita berhasil menemukan potensi unggul seorang anak maka semakin cepat pula kita merancang rencana pencapaian suksesnya. Semakin cepat kita membuat perencanaan suksesnya maka semakin cepat pula seorang anak melangkah ke priode berikutnya.

Priode kedua adalah Pengembangan Kompetensi dan Keahlian, yakni suatu priode penggemblengan kemampuan unggul yang dimiliki oleh siswa serta pengembangan keterampilan di bidang yang menjadi keunggulannya. Priode ini berlangsung pada rentang usia 13 hingga 19 tahun. Dalam priode ini, sekolah akan merancang kurikulum khusus berdasarkan tujuan dan rencana sukses anak. Susunan kurikulum sebagian besar dibuat berdasarkan pengalaman hidup tokoh-tokoh sukses pada bidangnya. Kompetensi dan keahlian yang dikembangkan dalam priode ini meliputi kemampuan individu secara spesifik dan Life Skill.

Priode ketiga adalah Pengembangan Karier/Profesi. Pada priode ini, sekolah sudah melepas siswanya untuk terjun langsung didunia nyata dengan bekal Personal Kompetensi dan Life Skill yang telah digembleng selama lebih dari 6 tahun. Pada priode ini sekolah hanya berfungsi sebagai konselor arah jarak jauh atau long distance counselor. Proses belajar telah berpindah sepenuhnya dari sekolah ke kehidupan nyata. Priode Pengembangan Karir dan Profesi ini diharapkan sudah dimulai saat anak mencapai usia 19 tahun.
Dengan model sistem sekolah semacam ini, diharapkan sebagian besar dari orangtua masih banyak yang ragu dan bertanya-tanya terhadap Konsep Sekolah Masa Depan yang sedang dibicarakan ini.

Namun, tahukah kita semua bahwa Konsep Sekolah Masa Depan ini dirancang berdasarkan penelitian terhadap orang-orang diseluruh dunia yang berhasil mencapai puncak prestasi internationalnya di bawah usia 25 tahun.

Menurut penelitian, ternyata semua orang telah melakukan tiga hal besar untuk bisa mencapai sukses di usianya yang relatif muda.

Yang pertama : Ditahap awal mereka selalu berusaha keras untuk menemukan apa Potensi Ungul yang dimiliki atau mereka biasa menyebutnya “The Gifred Talent”. Setelah itu mereka segera menyusun sebuah perencanaan sukses dengan saran-saran yang jelas.

Yang Kedua : Mereka segera fokus, untuk mengembangkan dan menggembleng kemampuan unggul yang dimiliki, dari waktu kewaktu mereka terus berusaha untuk mencapai dan menjadi yang terbaik.

Yang Ketiga : Dibawah bimbingan para profesional sesior, mereka segera memasuki dunia profesi mereka pada usia yang masih relatif muda. Ya usia ketika mereka masih berada di puncak stamina.
Sebuah pemikiran yang RE-VO-LU-SI-O-NER sudah jelas terpampang di hadapan mata. Kini jalan sudah terbuka lebar bagi kita.

Mari kita bersama-sama mewujudkan Konsep Sekolah Masa Depan bagi anak, kalau bukan kita siapa lagi?
(www.wajahbocah.com)

Saturday, May 12, 2012

CUMI UNGKEP PEDAS


Dapet Cumi-cumi  xtra besar dari papanya Alvin yang habis jalan-jalan ke pelelangan ikan, bingung juga mau  diolah apa. Spontan aja kepikiran menu cumi ungkep, karena cuma pake bumbu sederhana yang diiris, trus dibikin pedas biar bisa ngimbangin amisnya. Just mix the ingredients,then cook till well done… so simple kan????






 

Bahan dan bumbu:
  • Cumi 1 ekor berat kira-kira 600gram
  • Bawang putih 4 siung
  • Bawang merah 5 butir
  • Cabe rawit 4 buah
  • Cabe besar 2 buah
  • Tomat ukuran sedang 1 buah
  • Lengkuas secukupnya
  • Garam, lada, kecap secukupnya sesuai selera
  • Minyak goreng untuk menumis

Cara membuat :
1.      Bersihkan cumi, potong-potong dengan ukuran sedang (kira-kira seukuran 2 dadu)
2.      semua bumbu diiris halus
3.      panaskan minyak, tumis bumbu sampai layu dan berbau harum
4.      masukkan cumi, beri garam dan lada,tutup wajan, masak hingga matang
5.      matikan api, tuang kecap, aduk rata, angkat
6.      sajikan dalam piring hangat-hangat.

 
Rasakan sensasi menu seafood yang satu ini. No food additives, zero %  monosodium glutamate menjadikan rasa cumi ungkep ini semakin “berkarakter”.  Enjoy it ya…

Saturday, May 5, 2012

Aku dan Virus MULTIPLE INTELLIGENCES





 Semua berawal dari dendam yang sangat mendalam….
***
Rabu yang hectic-sekitar 3 tahun yang lalu… Dari pertama berangkat sekolah, Alvin sudah bad mood. Entah karena tidurnya kurang, tidak cocok sama menu breakfast pagi itu, atau karena hal lain, yang jelas sepanjang pagi sudah beberapa kali menunjukkan “kelincahannya”

Sampai di sekolah –sebuah playgroup yang tergolong prestisius di daerah kami- “kelincahan” dia terus berlanjut. Sepanjang jam sekolah dia selalu ngikut sama si M, teman perempuannya. Pingin main sama-sama, tapi kayaknya M tidak mau didekati Alvin. Dia terus memaksa bahkan ketika pelajaran berakhir dan waktunya bermain dalam kelas, Alvin terus saja ngikut M, berusaha merebut mainannya- dan aku tahu pasti itu dalam rangka menarik perhatian. Kulihat dari luar jendela, di dalam kelas para gurunya sibuk mencegah Alvin.

Puncaknya ketika tiba-tiba saja Alvin yang sedang berteriak dibawa keluar gurunya, aku hampiri dan  kepseknya juga tergopoh-gopoh datang.

“mama, tadi Alvin  menjahili si M terus. Sudah saya cegah, tapi tetap jahil.sampai lama-lama berebut mainan sama si M, dan nggak tahu gimana kejadiannya tiba-tiba saja jidat si M kena dinding sampai benjol..”

“nggak ditanya ya, kenapa dia menjahili M?” tanyaku

“saya cegah mama, karena sikapnya sudah membahayakan temannya. Ini saja saya bawa keluar takutnya teman-teman lainnya jadi korban juga..”

“begini saja mama, untuk sementara biar Alvin dirumah dulu, sekitar seminggu lah, biar tenang. Nanti biar dia pindah ke kelas lain…” kepseknya mencoba menengahi

What!!! Anakku di SKORS!!!

Tiba-tiba saja aku merasa limbung, eneg banget melihat wajah-wajah cantik yang ada dihadapanku. Mereka menyebut dirinya pendidik, tapi tidak bisa memperlakukan anakku secara manusiawi. Saat itu juga aku membuang jauh-jauh angan-anganku untuk menyekolahkan Alvin lebih lama lagi di tempat ini, meskipun tempat ini ada TK dan SD nya. Buat apa sekolah di tempat yang tidak bisa memanusiakan anakku??

Dan sejak saat itu juga aku bertekad untuk bisa mendidik anakku sendiri secara manusiawi- menghargai segala kelebihan dan kekurangannya, membantunya menemukan potensi,mengawal perjalanan hidupnya sampai kelak dia bisa menepuk dada dan berkata here I am...- tanpa aku tahu harus dengan cara apa, pendekatan seperti apa dsb dst, karena aku bukan ahli pendidikan dan bukan juga ahli psikologi..

Secercah cahaya itu muncul ketika ada tetangga yang memberitahu bahwa di daerah kami ada sebuah TK yang menyeleksi siswanya yang akan masuk dengan metode MIR (Multiple Intelligences Research). Waktu itu dia bilang

“semacam psikotes mbak, tapi sederhana kok. Kemudian kelas-kelasnya digolongkan pada sifat-sifat anak ..(maksudnya kecenderungan kecerdasan dan gaya belajarnya)”

Dari situ aku mengenal Multiple Intelligences (MI), mulai rajin googling, baca-baca bukunya, dan itu semua seakan memberi energi yang maha dahsyat ke aku dalam rangka mengawal “perjalanan” Alvin. Aku harus bisa menerapkan MI untuk mendidik Alvin, aku harus bisa mendobrak paradigma siapapun para ortu di muka bumi ini tentang label anak nakal dan anak bodoh. Aku harus bisa menjadikan MI ini seumpama virus yang cepat menyebar, menginfeksi semua tubuh ortu di muka bumi, agar merasuk kedalam jiwa dan raga mereka. terutama yang selalu menganggap Alvin anak nakal, liar, dan trouble maker

Sekarang obsesi tersebut mendapat jalannya. Sebuah aktivitas baru yang sangat menyenangkan. Bergabung dengan orang-orang yang satu visi dan misi, bahu membahu dalam mewujudkan satu tekad: mendirikan rumah kedua yang sangat hommy, tempat anak-anak dikokohkan pondasi akidahnya, dibangun karakternya, dan membantu mereka menggali potensi agar menemukan kondisi akhir terbaiknya, dan rumah itu adalah Sekolahnya Manusia

Finally, kutemukan juga apa yang aku cari. Biarlah aku menjadi udara yang akan menerbangkan virus MI, juga menjadi air yang akan mengalirkan virus MI kemanapun, ke siapapun di muka bumi ini.Aku bukan ahli pendidikan, bukan juga ahli psikologi, tidak pernah mengajar disekolah apalagi bersertifikasi. Tapi aku punya insting seorang ibu yang ingin mendidik anakku-dan anak-anak lain- dengan cinta, karena mereka adalah masterpiece yang sempurna hasil karya tangan Tuhan yang akan menghuni rumah masa depan…
***
Dendam itu masih ada, semoga mereka yang pernah kasih skors sama Alvin diberi panjang umur. Hingga kelak Alvin menemukan kondisi akhir terbaiknya, akan aku antar Alvin menghadap beliau-beliau dan berkata : anakku yang NAKAL atau kamu yang STUPID???

Thursday, May 3, 2012

STRAWBERRY BROWNIES





Bahan:
  • 145 gr mentega
  • 125 gr cokelat masak warna merah muda, tim sampai leleh
  • 150 gr gula pasir
  • ½  sendok teh pasta strawberry
  • 3 btr telur
  • 150 gr tepung terigu
Topping: 
·         Coklat masak warna merah muda 30 gram, tim sampai leleh
·         Dark chocolate 75 gram, tim sampai leleh

Cara Membuat:
1.      Campur mentega dan cokelat masak warna merah muda, masak sampai larut.(larutan cokelat)
2.      Kocok gula pasir dan telur sampai mengembang, tambahkan larutan cokelat, kocok sampai rata. Tambahkan pasta strawberry.
3.      Tambahkan  tepung terigu, aduk rata.
4.      Tuang adonan ke dalam loyang ukuran 10x30x3 cm, yang sudah diolesi margarin dan ditaburi tepung.
5.      Panggang dalam oven dengan suhu 180 derajat Celsius, selama 40 menit dengan api kecil.
      6.   Setelah dingin, beri topping dark chocolate leleh, setelah beku beri coklat masak warna merah muda 
            dengan motif garis-garis

Tuesday, April 17, 2012

SUATU HARI BERSAMA 2 KULI ANGKUT

Peristiwa ini sebenarnya sudah terjadi beberapa minggu lalu, tapi entah kenapa baru sekarang aku ingin share disini…

Bertepatan hari Jumat tanggal merah, pagi-pagi aku sudah bersiap-siap menuju Surabaya. Semangat banget karena agenda kali ini adalah jalan-jalan plus berburu barang keperluan dapur pesanan beberapa tetanggaku, and also… kalo ada barang bagus boleh kan aku beli untuk sendiri hehehe…

Tempat pertama yang aku kunjungi adalah pusat perlengkapan dapur yang terkenal lengkap di Surabaya. Koleksinya memang variatif, termasuk juga koleksi double pan nya yang aku cari. Kebetulan aku juga member di situ jadi bisa mengambil barang dengan harga murah….

Setelah dapat beberapa item yang aku butuhkan, perburuan aku lanjutkan ke pusat grosir yang tergolong besar, tak jauh dari kitchenware depstore tadi. Cukup lama juga berburu barang-barang pesanan, juga barang keperluanku sendiri, sampai akhirnya tak terasa barang bawaanku jadi buannyyak banget. So aku putuskan mencari kuli angkut untuk membantuku membawa barang-barang sampai ke bis.

Ditengah kebingunganku karena “dikeroyok” para kuli angkut yang rata-rata bertampang “sangar” pandanganku tertuju pada seorang anak yang membawa payung berdiri di samping escalator. Berusia sekitar 9 tahun, penampilannya rapi, masih khas anak-anak dia terlihat santun, tidak seperti yang lain agresif banget. Buru-buru aku dekati dia.

“mau nggak bantu aku bawa ini? Berapa biasanya?”
“mau mbak. Terserah aja…”

Sampai di bis pun dia bersedia untuk mencarikan aku tempat duduk, sekaligus merapikan barang-barang bawaanku.Ketika aku beri selembar uang 5000, dia terlihat sibuk mencari uang dalam sakunya.

“maaf mbak, saya Cuma punya kembalian 1000…”
“Emang bisanya berapa?”
“3000 sudah cukup…..”
“Ambil aja semua, buat uang saku sekolahmu”
“makasih ya mbak”

Tiba-tiba saja keharuan muncul, betapa lugunya dia. Padahal tadi beberapa kuli angkut yang aku tanya pada pasang tarif, 5000, 7000, dst. Tak terasa sampai mbrebes mili, pasti bangga ya ortunya, punya anak yang jujur dan santun seperti dia.

Lamunanku terhenti ketika sampai di terminal. Belum sempat mengangkut semua bawaanku tiba-tiba ada seorang kuli angkut –kali ini seorang dewasa- yang langsung membawa bawaanku semua.

“ayo mbak, sampai bis 7000 saja…”

Aku tidak sempat menawar karena dia langsung membawa semuanya sambil setengah berlari, Dengan terengah-engah aku menyusulnya. Sampai di samping bis dengan kasar dia menaruh-lebih tepatnya melempar- bawaanku begitu saja.

“mana uangnya mbk..”
“mbok ya tolong sampai masuk bis pak, sama aja aku susah cari duduk di bis…”
“kalo sampai dalam bis nambah 1000”
“gimana sih, tadi sudah ngeroyok kok perhitungan banget!”
“ndak usah banyak omong, tadi sudah aku tolong, daripada berat?”

Di dalam bis, aku ndak habis pikir, merenungi kejadian yang barusan aku alami. Alangkah anehnya dunia, dua manusia yang sama-sama memainkan lakon sebagai kuli angkut, tapi sangat bertolak belakang. Betapa seorang anak bisa begitu dewasa, sementara ada orang yang tergolong dewasa tapi perilakunya sangat kekanakan….

Tiba-tiba saja aku teringat ucapan seorang teman saat memberi ucapan di hari  ultahku beberapa waktu lalu..
“menjadi tua itu pasti, tapi dewasa adalah pilihan sikap…”

Dan hari itu aku buktikan ucapannya. Bahwa bertambah tua bukan jaminan bisa dewasa…

Memilih Sekolah Yang Tepat | Ayahbunda Indonesia

Memilih Sekolah Yang Tepat | Ayahbunda Indonesia